ACEH VIRAL - Aura bahagia menyelimuti sebagian mereka hari itu. Di dalam gedung yang besar. Nama-nama dipanggil ke atas panggung yang luas. Setiap yang maju, selain disebutkan nama, juga disebut pula tempat dan tanggal lahirnya.
Mereka yang maju tentu berpenampilan khas wisudawan/wisudawati. Yaitu mengenakan baju toga. Namun ada yang berbeda dalam wisuda hari kedua di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Provinsi Aceh. Nama seorang mahasiswa yang diwisuda digantikan oleh sang ayah di atas panggung.
Rina Muharrami, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Ia meninggal tiga belas hari setelah menjalani sidang skripsi sarjana di UIN Ar-Raniry.
Prosesi wisuda kelulusan almarhumah kemudian diwakili oleh sang ayah pada Rabu (27/2). Seperti layaknya wisudawan lainnya, sang ayah naik ke atas panggung untuk menerima ijazah almarhumah putrinya.
Berbeda dengan wisudawan yang mengenakan baju toga, sang ayah tampil mengenakan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu dan memakai peci hitam.
Gadis kelahiran Bayu, 16 Mei 1996 itu, merupakan putri pertama dari empat bersaudara, yang lahir dari pasangan Bukhari dan Nurbayani
Rina menjalani sidang skripsi pada 24 Januari 2019 pukul 12.00 WIB. Namun, tiga belas hari setelahnya, yaitu tepat pada tanggal 5 Februari 2019 ia dipanggil oleh Sang Pencipta sebelum Subuh atau tepat pukul 04.15 WIB. Rina meninggal dunia setelah menderita penyakit tifus stadium akhir hingga berujung pada saraf.
"Meninggal karena sakit tifus, cuma udah parah. Kata dokter pas malam terakhir, atau pas besoknya dia meninggal, saya jenguk dan saya tanya hasil pemeriksaannya sama ayah almarhumah. Ternyata tifus udah tahap paling tinggi, sampai kena saraf," kata Nisaul Khaira yang merupakan sahabat dekat almarhumah sejak semester lima.
Rina, menderita penyakit tifus kurang lebih selama satu bulan. Bahkan dirinya sempat koma dan dirawat di ICU Rumah Sakit Meuraxa, Kabupaten Aceh Besar.
"Sebenarnya demamnya udah sebulan gitu, naik turun udah berobat kemana-mana. Cuma mulai drop lebih kurang 4 hari, dan koma di ICU Meuraxa sampai dia meninggal sebelum Subuh jam 04.15. Allah lebih sayang Rina," kata Nisaul.
Sosok Almarhumah Rina
Mahasiswa asal Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar ini, merupakan sosok yang sangat menginspirasi di kalangan sahabatnya. Almarhumah merupakan sosok yang tekun dan terkenal sederhana. Ia terlahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai petani.
"Orangnya super simple dan perhatian luar biasa sama sahabat-sahabatnya. Kalau sama saya, dia selalu ketawa walaupun lagi sakit. Kemarin pas sidang bawaannya ketawa-ketawa aja karna saya buat lucu gitu. Pokoknya dia inspirasi untuk saya pribadi, karena dia, kenapa saya bisa niat kejar skripsi. Dia motivator bagi saya," lanjut Nisa.
Keseharian almarhumah yang juga merupakan guru ngaji tentu memiliki nilai positif di kalangan sahabatnya. Ia merupakan sosok yang selalu mahir memposisikan dirinya dalam setiap keadaan.
"Sahabat yang paling buat saya bangga ketika dalam keadaan apapun dia pandai sekali memposisikan dirinya. Itu yang buat saya salut dan terasa seperti mimpi sekarang dia udah nggak ada. Nggak bisa diungkapkan saking baiknya Rina. Salutnya lagi, kalo kami lagi ada yang ngegosipin seseorang, dia slalu bilang 'udah-udah ganti topik, jangan ghibah," ujarnya.
Rina merupakan satu dari ribuan mahasiswa yang tekun dan berjuang keras dalam mencapai cita-cita.
"Dia orangnya sebelum sakit tekun. Setau saya dia nggak punya laptop, tapi dia berusaha untuk pinjam laptop bibinya demi menyelesaikan skripsi, orangnya super sederhana," lanjutnya.
Prestasi hingga Persiapan Wisuda
Selain kesederhanaan yang dimilikinya, ia juga merupakan mahasiswa yang berprestasi. Rina dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas di prodinya. Bahkan dirinya juga mampu menguasai bahasa Jepang dengan baik.
Selama kuliah ia merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Kini ia lulus dengan predikat istimewa dengan indeks prestasi komulatif 3.51.
"Anaknya aktif, baik, pintar. Bahasa Jepang nya juga bagus," kata Muzakir Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Sebelum meninggal dunia, almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda pada semester ini.
"Seluruhnya sudah diselesaikan, namun sebelum yudisium, Rina sudah duluan dipanggil oleh Allah, sehingga ia tidak sempat mengikuti proses yudisium," ujarnya.
Hingga pihak prodi berinisiatif mengundang ayah kandung Rina untuk tetap hadir pada saat hari wisuda.
"Kami menyematkan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina, dan juga terhadap perjuangan Rina sendiri, dan tepat hari ini, ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," jelasnya. sumber
Comments0